Sunday, October 10, 2010
Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dalam beberapa bulan terakhir ini di guyur hujan dengan intensitas dan waktu yang susah di prediksi, hal ini berpengaruh kepada banyak sektor usaha, mulai dari pertanian sampai ke pertambangan batubara.
Berikut ini kutipan sebuah artikel yang mungkin bisa menjadi bahan pemikiran bagi kita
------------------------------------------------------
Hadley Centre di Inggris baru-baru ini mengeluarkan peringatan bahwa perubahan iklim merupakan “ancaman yang tak terhindarkan” dan mengumumkan bahwa tanpa tindakan segera sekarang kita dapat mengalami naiknya suhu global sampai dengan 4°C.4

Menurut Asian Development Bank (ADB) Asia Tenggara merupakan daerah yang paling rentan dan paling tidak siap dalam menghadapi dampak dari perubahan iklim. ADB memperingatkan adanya ancaman terhadap ketersediaan makanan dan energi untuk masyarakat di Asia terutama untuk wanita dan rakyat miskin.


Sekitar 2,2 milyar masyarakat Asia bermata pencaharian sebagai petani sekarang sedang mengalami penurunan produksi panen yang disebabkan oleh banjir, kekeringan, curah hujan yang tidak stabil dan dampak perubahan iklim lainnya

--------------------------------

Penghancuran dan degradasi hutan berpengaruh besar terhadap perubahan iklim dalam dua hal. Pertama, perambahan dan pembakaran hutan melepaskan karbon dioksida ke atmosfir. Kedua, kerusakan hutan akan mengurangi area hutan yang menyerap karbon dioksida. Kedua peran ini sangat penting karena jika kita menghancurkan hutan tropis yang tersisa, maka kita telah kalah dalam pertarungan menghadapi perubahan iklim

Dibukanya lahan gambut menjadikan karbon yang terkandung teroksidasi dan melepaskan CO2. Lebih dari 25% perkebunan kelapa sawit dan akasia berada di atas lahan gambut. Penghancuran terhadap lahan gambut di Indonesia saja bertanggungjawab atas 4% emisi gas rumah kaca hasil tindakan manusia.

Sebagian besar dari hutan tropis di Indonesia tumbuh di atas tanah gambut. Gambut merupakan substansi organik yang terurai sebahagian yang terbentuk di lahan basah. Seiring waktu, material ini menjadi gambut yang memiliki kandungan karbon paling kaya dibanding jenis tanah lainnya.

Lahan gambut di Asia Tenggara diperkirakan menyimpan 42 milyar ton karbon dan sekitar 80% atau 35 milyar ton dari jumlah tersebut tersimpan di Indonesia.

Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengidentifikasi industri kayu, minyak kelapa sawit, pertanian, serta pulp (bubur kertas) dan kertas sebagai penyebab utama kekeringan lahan gambut, deforestasi dan emisi yang dihasilkan Indonesia. Dalam laporan disebutkan bahwa bila tidak ada tindakan tegas yang dilakukan, diperkirakan kadar pelepasan emisi tersebut akan terus meningkat.16 Namun di sisi lain, pemerintah masih terus memberikan izin terhadap perusahaanperusahaan yang menghancurkan hutan tropis yang tersisa

Silahkan download dokumen analisa lengkapnya di
http://www.greenpeace.org

Artikel Lainnya

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungannya

Mobile

Kategori

INFO THIS SITE

RSSMicro FeedRank Results My Ping in TotalPing.com

Page Rank Check

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Counter


live stats GoStats.com — Free hit counters Ping your blog, website, or RSS feed for Free