Friday, January 14, 2011
TENGGARONG - Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rita Widyasari bergidik menyaksikan film investigasi Polres Kukar yang memperlihatkan suasana tambang emas di Kecamatan Tabang, Kukar. "Saya takut melihatnya (penambang, Red.). Jika longsor, ini bisa jadi kuburan massal," kata Rita kepada Kaltim Post Kamis (13/1) kemarin.
Sekitar 700  penambang dalam tayang itu berada di tebing-tebing lereng gunung batu dengan kemiringan hingga 80 derajat. Mereka bekerja tanpa memperhatikan standar keselamatan dengan membuat ratusan lubang di lereng gunung.


Rita meminta semua pihak, baik Pemprov Kaltim, jajaran kepolisian, dan Pemkab Kukar segera duduk bersama mengatasi masalah ini. Bahkan, dia siap melaporkan kasus ini ke Menteri Kehutanan karena areal itu masuk dalam kawasan hutan lindung.
"Ini jelas menyalahi aturan. Hanya saja kita harus duduk bersama membahas ini karena banyak yang bergantung hidup disana," katanya. "Bisa saja kita serahkan ini kepada perusahaan besar untuk dikelola secara baik dan bisa menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah, Red.) Kukar," imbuhnya.
Senada, Ketua Komis I DPRD Kukar Guntur meminta pemerintah segera menutup tambang emas di Tabang. Sebagai putra daerah Tabang, Guntur mengaku sangat mengetahui kondisi di lokasi tambang. Bahkan dimasa mudanya dulu, ia pernah ikut bersama penambang mencari emas di Sungai Belayan, Kecamatan Tabang.
"Tapi kondisi dulu tidak seperti ini. Sekarang penambang sudah menggunakan bahan kimia. Sebagai warga Tabang, kami minta ini segera ditutup," katanya.
Sebelumnya, Kapolda Kaltim Irjen Pol Mathius Salempang berjanji segera menutup tambang emas di Kecamatan Tabang, Kukar. Berdasarkan hasil temuan tim investigasi Polres Kukar, tambang tersebut ilegal karena dikelola tanpa izin pemerintah.
"Proses hukum akan berlanjut untuk menindak para pelaku tambang emas ini. Apalagi dampak yang ditimbulkannya membuat masyarakat setempat terkena penyakit dan sudah ada yang meninggal," ucap Salempang.
Menurutnya, tambang emas di Tabang mirip fenomena yang pernah terjadi di Kabupaten Paser. Hanya sebulan beroperasi, Sungai Kandilo di Paser sudah tercemar.
Kapolres Kukar Fadjar Abdillah didampingi Kasat Intelkam M Hatta mengatakan, dari hasil investigasi, kegiatan penambangan tradisional itu sudah ada sejak 2008. Ada dua lokasi tambang emas di Tabang, yakni di Kiau Kaca dan Kiau Kaca Sule. Jumlah penambang sekitar 700 orang, dan bakal terus bertambah.
Penambang membuat lubang-lubang di lereng gunung, mengikuti urat atau jalur emas sampai kedalaman 40 meter. "Ada ratusan lubang dan mereka bekerja siang malam," ujarnya. Warga mengeluhkan sisa larutan bahan kimia penambang dibuang di aliran Sungai Kiau Kaca yang merupakan cabang dari Sungai Belayan yang mengalir ke Tabang.
Akibatnya masyarakat yang mengandalkan air sungai mengalami gangguan kesehatan, seperti kelumpuhan, gatal-gatal dan penyakit kulit lainnya. "Kondisi di sana sangat rawan, longsor yang dapat menelan korban jiwa secara massal bisa terjadi karena penambang mengindahkan standar keselamatan kerja," kata Fadjar.
Ironisnya, sebanyak 50 persen penambang berasal dari Kalimantan Tengah, sementara penduduk lokal berjumlah 30 persen. Sisanya datang dari Jawa, Sulawesi, dan Banjarmasin. Sekali operasi penambang bisa mendapat sekitar 200 gram emas dengan kadungan murni 99 persen. Emas itu sendiri dijual seharga Rp 200 ribu per gram. (fid)
sumber
--
Powered by Telkomsel BlackBerry® & Nokia E71

Artikel Lainnya

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungannya

Mobile

Kategori

INFO THIS SITE

RSSMicro FeedRank Results My Ping in TotalPing.com

Page Rank Check

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Counter


live stats GoStats.com — Free hit counters Ping your blog, website, or RSS feed for Free