Monday, August 1, 2011
9:49 PM | Diposkan oleh
Unknown
Nilai sebuah ibadah sangat tergantung kepada niat, dan niat itu hanya diketahui oleh sesorang dengan ALLAH, karena niat berada didalam hati. Janganlah tujuan dan perintah suatu ibadah dan amalan menjadi sia-sia belaka dimata ALLAH.
Niat itu sangat mempengaruhi terhadap hasil dan tujuan suatu amal dan perbuatan, dan ingatlah bahwa ALLAH hanya mengharapkan amal dan ibadah yang dilakukan dengan IKHLAS, selain dari IKHLAS maka ALLAH sama sekali tidak menerimanya bahkan bisa menjadi sebuah dosa yaitu syirik.
Pada bulan Ramadhan yang penuh berkah ini banyak sekali Ucapan dengan berbagai macam bentuk dan gaya, secara umum berisi tentang selamat datang di bulan yang penuh berkah, permohonan maaf atas kesalahan dan do’a. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai cara, dua cara yang paling umum dilakukan adaah dengan Kartu Ucapan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan SMS.
Itu bukanlah sesuatu yang salah apalagi tercela namun sebaiknya lakukanlah dengan niat yang tulus Ikhlas dan semata-mata mengharapkan ridha dari ALLAH, dan janganlah hanya sekedar basa-basi, menjaga hubungan sesama karena suatu kepentingan dunia semata ataupun hanya sekedar mengikuti trend dan gaya. Dan jika ada saudara, teman, sahabat atau kerabat yang meminta maaf maka jika benar bisa memaafkan maka itu menjadi sebab datangnya kebaikan. Dan berbaik sangka sajalah bahwa yang mengirimkan kartu ucapan atau sms itu mengerti, sadar, tulus dan ikhlas dengan apa yang tertulis dalam kartu ucapan atau sms tersebut.
Catatan dibawah ini merupakan sebuah Fatwa dari para Ulama yang mungkin bisa menjadi nasehat bagi kita semua.
Niat itu sangat mempengaruhi terhadap hasil dan tujuan suatu amal dan perbuatan, dan ingatlah bahwa ALLAH hanya mengharapkan amal dan ibadah yang dilakukan dengan IKHLAS, selain dari IKHLAS maka ALLAH sama sekali tidak menerimanya bahkan bisa menjadi sebuah dosa yaitu syirik.
Pada bulan Ramadhan yang penuh berkah ini banyak sekali Ucapan dengan berbagai macam bentuk dan gaya, secara umum berisi tentang selamat datang di bulan yang penuh berkah, permohonan maaf atas kesalahan dan do’a. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai cara, dua cara yang paling umum dilakukan adaah dengan Kartu Ucapan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan SMS.
Itu bukanlah sesuatu yang salah apalagi tercela namun sebaiknya lakukanlah dengan niat yang tulus Ikhlas dan semata-mata mengharapkan ridha dari ALLAH, dan janganlah hanya sekedar basa-basi, menjaga hubungan sesama karena suatu kepentingan dunia semata ataupun hanya sekedar mengikuti trend dan gaya. Dan jika ada saudara, teman, sahabat atau kerabat yang meminta maaf maka jika benar bisa memaafkan maka itu menjadi sebab datangnya kebaikan. Dan berbaik sangka sajalah bahwa yang mengirimkan kartu ucapan atau sms itu mengerti, sadar, tulus dan ikhlas dengan apa yang tertulis dalam kartu ucapan atau sms tersebut.
Catatan dibawah ini merupakan sebuah Fatwa dari para Ulama yang mungkin bisa menjadi nasehat bagi kita semua.
Makna Ikhlas
Ulama : Syaikh Ibnu Utsaimin
Kategori : Niat - Ikhlas
Pertanyaan:
Syaikh Ibnu Utsaimin -rohimahullah- pernah ditanyai tentang apa makna ’al-Ikhlas’?
Dan, bila seorang hamba menginginkan melalui ibadah-nya sesuatu yang lain, apa hukumnya ?
Jawaban:
Ikhlas kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- maknanya seseorang bermaksud melalui ibadahnya tersebut untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- dan mendapatkan keridhaanNya.
Bila seorang hamba menginginkan sesuatu yang lain melalui ibadahnya, maka di sini perlu dirinci lagi berdasarkan klasifikasi-klasifikasi berikut:
Pertama, dia memang ingin bertaqarrub kepada selain Allah di dalam ibadahnya ini dan mendapatkan pujian semua makhluk atas perbuatannya tersebut. Maka, ini menggugurkan amalan dan termasuk syirik.
Di dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah -rodhiallahu’anhu- bahwasanya Nabi - sholallaahu alaihi wa salam- bersabda, "Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman, "Aku adalah Dzat Yang Paling tidak butuh kepada persekutuan para sekutu;barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya dia mempersekutukanKu dengan sesuatu selainKu, maka Aku akan meninggalkannya beserta kesyirikan yang diperbuatnya." (Shahih Muslim, kitab az-Zuhud (2985).
Kedua, dia bermaksud melalui ibadahnya untuk meraih tujuan duniawi seperti
kepemimpinan, kehormatan dan harta, bukan untuk tujuan bertaqarrub kepada Allah; maka amalan orang seperti ini akan gugur dan tidak dapat mendekatkan dirinya kepada Allah -subhanahu wa ta’ala-. Dalam hal ini, Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman, "Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka itu di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Hud:15-16)
Perbedaan antara klasifikasi kedua ini dan pertama; bahwa dalam klasifikasi pertama, orang tadi bermaksud agar dirinya dipuji atas ibadahnya tersebut sebagai ahli ibadah kepada Allah. Sedangkan pada klasifikasi ini, dia tidak bermaksud agar dirinya dipuji atas ibadahnya tersebut sebagai ahli ibadah kepada Allah bahkan dia malah tidak peduli atas pujian orang terhadap dirinya.
Ketiga, dia bermaksud untuk bertaqarrub kepada Allah -subhanahu wa ta’ala-, di samping tujuan duniawi yang merupakan konsekuensi logis dari adanya ibadah tersebut, seperti dia memiliki niat dari thaharah yang dilakukannya -di samping niat beribadah kepada Allah- untuk menyegarkan badan dan menghilangkan kotoran yang menempel padanya; dia berhaji -di samping niat beribadah kepada Allah- untuk menyaksikan lokasi-lokasi syiar haji (al-Masya’ir) dan bertemu para jama’ah haji; maka hal ini akan mengurangi pahala ikhlas akan tetapi jika yang lebih dominan adalah niat beribadahnya,
berarti pahala lengkap yang seharusnya diraih akan terlewatkan. Meskipun demikian, hal ini tidak berpengaruh bila pada akhirnya melakukan dosa. Hal ini berdasarkan firman Allah -subhanahu wa ta’ala- mengenai para jamaah haji, "Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rizki hasil perniagaan) dari Rabbmu." (Al- Baqarah: 198)
Jika yang dominan adalah niat selain ibadah, maka dia tidak mendapatkan pahala akhirat, yang didapatnya hanyalah pahala apa yang dihasilkannya di dunia itu. Saya khawatir malah dia berdosa karena hal itu, sebab dia telah menjadikan ibadah yang semestinya merupakan tujuan yang paling tinggi, sebagai sarana untuk meraih kehidupan duniawi yang hina. Maka, dia tidak ubahnya seperti orang yang dimaksud di dalam firmanNya,
"Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembagian) zakat; jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah." (At-Taubah: 58)
Di dalam Sunan Abu Daud dari Abu Hurairah -rodliallaahu’ahnu- disebutkan bahwa ada seorang laki-laki berkata, ’wahai Rasulullah, (bagaimana bila-penj.) seorang laki-laki ingin berjihad di jalan Allah sementara dia juga mencari kehidupan duniawi?" Rasulullah -sholallaahu alaihi wa salam- bersabda, "Dia tidak mendapatkan pahala." Orang tadi mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali dan Nabi -sholallaahu alaihi wa salam- tetap menjawab sama, "Dia tidak mendapatkan pahala."
(Sunan Abu Daud, kitab al-Jihad(2516); Musnad Ahmad, Juz II, hal. 290, 366 tetapi di dalam sanadnya terdapat Yazid bin Mukriz, seorang yang tidak diketahui identitasnya (majhul); lihat juga anotasi dari Syaikh Ahmad Syakir terhadap Musnad Ahmad, no. 7887.)
Demikian pula hadits yang terdapat di dalam kitab ash-Shahihain dari Umar bin al-Khaththab -rodliallahu’anhu- bahwasanya Nabi -sholallahu alaihi wassallam’ bersabda,
"Barangsiapa yang hijrahnya karena ingin meraih kehidupan duniawi atau untuk mendapatkan wanita yang akan dinikahinya; maka hijrahnya hanya mendapatkan tujuan dari hijrahnya tersebut". (Shahih al-Bukhari, kitab Bad’u al-Wahyi (1); Shahih Muslim, kitab al-Imarah (1907).)
Jika persentasenya sama saja, tidak ada yang lebih dominan antara niat beribadah dan non ibadah; maka hal ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Akan tetapi, pendapat yang lebih persis untuk kasus seperti ini adalah sama juga; tidak mendapatkan pahala sebagaimana orang yang beramal karena Allah dan karena selainNya juga.
Perbedaan antara jenis ini dan jenis sebelumnya (jenis kedua), bahwa tujuan yang bukan untuk beribadah pada jenis sebelumnya terjadi secara otomatis. Jadi, keinginannya tercapai melalui perbuatannya tersebut secara otomatis seakan-akan yang dia inginkan adalah konsekuensi logis dari pekerjaan yang bersifat duniawi itu.
Jika ada yang mengatakan, "Apa standarisasi pada jenis ini sehingga bisa dikatakan bahwa tujuannya yang lebih dominan adalah beribadah atau bukan beribadah?"
Jawabannya, standarisasinya bahwa dia tidak memperhatikan hal selain ibadah, maka baik hal itu tercapai atau tidak tercapai, telah mengindikasikan bahwa yang lebih dominan padanya adalah niat untuk beribadah, demikian pula sebaliknya.
Yang jelas, perkara yang merupakan ucapan hati amatlah serius dan begitu urgen sekali. Indikasinya, bisa jadi hal itu dapat membuat seorang hamba mencapai tangga ash-Shiddiqin, dan sebaliknya bisa pula mengembalikannya ke derajat yang paling bawah sekali.
Sebagian ulama Salaf berkata, "Tidak pernah diriku berjuang melawan sesuatu melebihi perjuangannya melawan melawan (perbuatan) ikhlas."
Kita memohon kepada Allah untuk kami dan anda semua agar dianugerahi niat yang ikhlas dan lurus di dalam beramal.
Rujukan:
Kumpulan Fatwa dan Risalah dari Syaikh Ibnu Utsaimin, Juz 1, hal. 98-100. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, hal. 155-158, Penerbit Darul Haq
Technorati Tags: Makna Ikhlas, Ikhlas, Fatwa, Ulama, SMS, Kartu Ucapan, Ramadhan LiveJournal Tags: Makna Ikhlas, Ikhlas, Fatwa, Ulama, SMS, Kartu Ucapan, Ramadhan 43 Things Tags: Makna Ikhlas, Ikhlas, Fatwa, Ulama, SMS, Kartu Ucapan, Ramadhan Blogger Labels: Makna Ikhlas, Ikhlas, Fatwa, Ulama, SMS, Kartu Ucapan, Ramadhan
Artikel Lainnya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mobile
Artikel Islami pilihan
Hikayat
tentang tiga orang gadis bersaudara
Hikayat tentang tiga orang gadis bersaudara bagian ke 2
Ketabahan seorang wanita
hati mereka seperti hati burung
Seperti terhipnotis
Wasiat kepada para suami
Tentang maskawin didalam pernikahan
Membenci dan menghujat hukum yang di tetapkan ALLAH
7 Keajaiban yang kita lupakan
Ulama Banjar
Sultan Muhammad Seman
Tokoh Kalimantan Selatan: H. Ahmad Makkie, BA
Profile KH Idham Chalid
Hikayat tentang tiga orang gadis bersaudara bagian ke 2
Ketabahan seorang wanita
hati mereka seperti hati burung
Seperti terhipnotis
Wasiat kepada para suami
Tentang maskawin didalam pernikahan
Membenci dan menghujat hukum yang di tetapkan ALLAH
7 Keajaiban yang kita lupakan
Ulama Banjar
Sultan Muhammad Seman
Tokoh Kalimantan Selatan: H. Ahmad Makkie, BA
Profile KH Idham Chalid
Kategori
- #Daftar Isi# (1)
- 2012 (2)
- ahlak (5)
- ANDROID (1)
- aneh (1)
- angsana (1)
- anti virus (3)
- artikel gratis (13)
- artikel islami (21)
- backlink (6)
- backlink creator (7)
- balikpapan (1)
- banjarmasin (3)
- Bank Century (7)
- batubara (8)
- BBM (1)
- Berita (138)
- berita satui (6)
- blackberry (22)
- blackberry download (2)
- blogger template (5)
- blogspot tutorial (29)
- bola (1)
- Budaya (11)
- cerita artis (12)
- daftar (1)
- data (2)
- download (25)
- download film (10)
- download lagu (1)
- Ekonomi dan Bisnis (20)
- facebook login (10)
- facebook tutorial (13)
- Film (1)
- free (1)
- gadget (18)
- GIS Tutorial (1)
- global warming (1)
- gps (1)
- gratis (1)
- hacking (1)
- handphone (2)
- Harga Batubara Acuan (3)
- hiburan (3)
- Hikmah (34)
- Hukum (31)
- Indonesia (7)
- Internet (54)
- internet satellite (4)
- islam (29)
- IUP (3)
- Jakarta 2012 (1)
- kalimantan (1)
- kalimantan selatan (69)
- kaspersky (3)
- keamanan komputer (2)
- kehutanan (3)
- kelapa sawit (17)
- kesehatan (1)
- key (2)
- korupsi (1)
- Kotabaru (1)
- kpk (1)
- Kriminal (24)
- Lain-Lain (42)
- Lingkungan Hidup (32)
- link to (5)
- Listrik (2)
- live streaming (1)
- lucu (2)
- malware (1)
- mobil (1)
- mojokerto (1)
- mp3 (1)
- music (1)
- online (1)
- Opini (61)
- Pagatan (1)
- page rank checker (1)
- pantai (1)
- pemetaan (2)
- perbaikan (1)
- perkebunan (3)
- pertambangan (10)
- pertanian (1)
- Peta (1)
- Piala Dunia (4)
- Pilkada (12)
- pln (1)
- Poling Gubernur Kalimantan Selatan (5)
- polisi (2)
- Politik (46)
- Presiden (1)
- profile (2)
- Quick Count (1)
- ramadhan (9)
- Rekonsiliasi (1)
- satellite internet (1)
- satui (3)
- search engine (6)
- sejarah (3)
- sejarah satui (3)
- seo (61)
- software (40)
- Sosial (25)
- streaming (2)
- subtitle (2)
- sungai bawah laut (1)
- sungai dalam laut (1)
- susno duaji (2)
- tanah bumbu (10)
- Teknologi (32)
- tema (1)
- terorisme (1)
- theme (3)
- Tokoh (8)
- tokoh islam (2)
- trojan (1)
- tutorial (4)
- TV (2)
- ulama (1)
- unik (1)
- Update (1)
- video (1)
- virus (2)
- wayang (1)
- z (1)
Page Rank Check
Check Page Rank of your Web site pages instantly: |
This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service |
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungannya